Rabu, 23 Januari 2008

Pasar

Bersahabat dengan Lebah

Pagi ini, seperti biasa aku pergi ke pasar untuk belanja kebutuhan hidupku hari ini. Salah satunya adalah membeli Cenil. Sebuah kebiasaan yang tidak bisa aku tinggalkan.
Cenil sebagai makanan tradisional yang sudah tidak lagi dikenal di zaman modern ini, selain sebagai hobi juga sebagai terapi perutku yang cukup sering mengalami kelebihan asam lambung. Selain itu, juga sebagai makanan penyela dan penyangga perutku ketika lapar sembari menunggu nasi dan sayur yang sedang kubuat masak.
Pagi ini, banyak sekali pembeli yang mengerumuni si Mbah penjual Cenil itu. tidak hanya orang bahkan lebah pun mengerumuninya, tepatnya di gula merah (Juruh) yang digunakan untuk pelengkap (saos) makanan tradisional yang dijual itu. Sama halnya dengan manusia, lebah-lebah itu juga bersahabat. Mereka tidak begitu saja menyengat pembeli dan penjual. Mereka hanya hinggap di gula merah dan sesekali di tubuh pembeli maupun penjual, hanya hinggap tidak menyengat.
Dengan sikap mereka yang bersahabat dan hanya mengambil yang menjadi kebutuhannya. Si Mbah penjual makanan tradisional itupun tidak membunuh mereka ketika mereka hinggap ataupun tercelup di gula merah yang cair itu. Si Mbah bahkan menyelamatkan mereka yang terikut di gula yang dituang ke Getuk, Cenil, Ketan atau Lupis yang akan dibungkus, menyingkirkan dengan tangannya. Seolah-seolah si Mbah dan Tawon itu telah kenal lama dan memahami satu sama lain serta berkomunikasi, sahingga dapat berhubungan tanpa saling menyakiti.

Tidak ada komentar: